Guru terbaik tak dibayar untuk ilmu yang diajarkan

25 november hari guru, baiklah aku akan mengenang seseorang yang sukses mengacak-acak mindsetku. dia bukan seorang guru formal di sekolah. namun seorang “kenalan” yang agak tak akrab. mungkn karena perbedaan usia, wawasan dan tentu saja jelajah networkingnya.

namanya pak wesampayana. orangnya gendut, botak dan bersih. sebenarnya dia jarang secara langsung memberiku “kuliah”. namun dari setiap berbicara dan perilakunya aku bisa mencontohnya. entah kenapa saya merasa cocok saja.

dialah yang mengentaskan aku dari semua dogma-dogma yang melingkupi di sekitar kita. dari hal-hal kecil sederhana, namun ternyata baru aku ketahui maksudnya setelah dia tak ada.

suatu hari aku lewat di depannya. layaknya orang yang bermaksud bersopan-sopan, aku “nderek langkung” ke dia. ini kebiasaan adat jawa yang kubawa. reaksinya sungguh tak kuduga, ia menolak dan menyuruhku mengulanginya. lewat biasa saja, ini jakarta bukan ronggojati,dia menyebut nama kampung saya.

baiklah, sejak itu pikiran saya mulai agak terbuka. tapi seberapa lebarnya?

dia sangat menyadari usianya, namun tentu saja tak seperti orang seusianya yang kadang merasa paling tahu sehingga hasrat untuk didengarkan selalu menggelora. tak ada pameo seperti yang sering dilontarkan para tetua, “aku kan pernah muda, kamu belum pernah tua”.

menurutnya setiap orang mempunyai ketidaktahuan yang mungkin lebih banyak dari apa yang ia tahu. klisenya, di atas langit ada langit. sehingga meski ia fasih bahasa inggris, perancis dan belanda kadang-kadang ia suka bertanya arti pepatah yang memakai bahasa jawa.

di rumahnya yang selalu terbuka untuk semua orang itu banyak sekali tergantung lukisan dan rak buku panjang. ia sering menyuruh sering membaca apa saja. katanya agar aku terbiasa berpikir sebelum berbicara, tak buru-buru menyalahkan atau membenarkan lawan bicara.

efek negatifnya, aku kadang selalu menjadi peragu, suka mikir terlalu lama ketika memutuskan sesuatu.

meski kaya ia kadang menyempatkan mengajakku makan di kaki lima. bukan sok-sokan, tapi niatnya membantu agar ekonomi pedagang itu terus berputar. apasih bedanya makan enak dan kurang enak? hanya sebatas jangakuan kepalan tangan, katanya.

tiba-tiba saja para pengemis dan pengamen datang. namun ia tetap mengulurkan tangan ke setiap peminta-minta. katanya, apapun motifnya kita wajib memberinya karena kita telah dipilihnya. entah uangnya buat apa, itu bukan urusan kita lagi.

mungkin benar kata orang kebanyakan mereka pemalas dan seterusnya. namu bagaimana jika mereka adalah malaikat-malaikat yang menyamar? idealnya kita mestinya membantu mereka sebelum dia meminta pertolongan. dia menyayangkan masih banyaknya orang-orang yang bahkan dimintai pertolongan namun menolak padahal bisa membantu.

karena dia agnostik, dia tak pernah membahas pahala dan dosa. namun ia yakin, alam ini bekerja secara misterius. ada kekuatan yang memproses kebaikan-kebaikan yang dilakukannya itu menjadi sebuah energi positif sehingga ia tak pernah merisaukan masa depannya.

masih banyak hal menarik yang aku dapatkan dari pak wesampayana. mudah-mudahan masih ada waktu untuk menuliskan. namun andai kalian jeli, kalian akan menemukan beliaunya di antara keramaian.

Related Posts by Categories



0 komentar:

Posting Komentar

Comment